Aku ingin begini
Aku ingin begitu
Ingin ini
Ingin itu banyak sekali
Semua…
Semua dapat dikabulkan
Dapat dikabulkan dengan kanton ajaib
(Lagu Doraemon)
Siapapun tak asing dengan pengalan lagu
diatas, dari jaman Emak SD sampai sekarang lagu itu sering diputar di Televisi.
Yap, betul Emak theme song Doraemon liriknya memang sangat sederhana dan mudah
diingat. Lirik lagunya mengisahkan seorang anak yang memiliki banyak keinginan
dan semuanya dapat dikabulkan dengan adanya kantong ajaibnya doraemon.
Film doraemon adalah salah satu dari banyak
tayangan televisi kita yang menyajikan segala kemudahan dengan ajaib. Tanpa
harus melakukan usaha untuk mendapatkannya, seperti penggalan lagu doraemon
diatas semua beres hanya dengan adanya kantong ajaib. Ditambah lagi dengan
kehadiran para peri dan bidadari-bidadari yang biasa hadir dalam sinetron kita,
yang dengan sukarela mengabulkan semua keinginan-keinginan para tokoh utamanya.
Emak tontonan seperti diatas memang tontonan
yang ringan dan menghibur namun tetap harus waspada, karena tontonan juga akan
mempengaruhi pola pikir seseorang termasuk anak-anak kita. Mempengaruhi sifat
dasar manusia yang ingin mendapatkan sesuatu secara instant, tanpa harus
bersusah payah mendapatkan yang mereka inginkan.
Benar jika ada yang mengatakan bahwa manusia
itu tak akan pernah merasa puas akan sesuatu, merasa semua masalah ingin tuntas
dengan segera itu merupakan hukum alam yang menyelimuti diri setiap manusia
dewasa tak terkecuali anak-anak. Mereka juga memilik berbagai macam keinginan
yang selalu ingin mereka dapatkan dengan segera mungkin.
Emak bisa jadi anak-anak percaya akan adanya
kantong ajaib sehingga tak jarang anak-anak meminta sesuatu dengan memaksa
harus segera kita kabulkan, lalu jika ada sesuatu permasalahan mereka akan lari
dan mengandalkan seseorang untuk segera menyelasaikan masalahnya.
Padahal belum
tentu hal yang mereka inginkan, benar-benar yang mereka butuhkan. Padahal bisa
jadi setiap permasalahan yang menimpa mereka adalah bagian dari pelajaran untuk
mendewasakan mereka.
Terkadang, sikap-sikap seperti ini yang
membingungkan orangtua, sementara keinginan membahagiakan anak harus disesuaikan
dengan kondisi keuangan. Semua orangtua tentu ingin memprioritaskan (bukan
memprioritaskan) keinginan anak sesuai kebutuhannya, namun bagaimana jika
keinginan itu hanya sekedar keinginan yang tidak penting?
Misalnya anak merengek ingin dibelikan Ipad terbaru,
atau anak ingin selalu membeli mainan padahal di kamarnya sudah menupuk, atau
meminta uang saku lebih besar dari jatah biasanya. Jika sudah memiliki
keinginan tertentu, anak-anak biasanya menguji Emak dengan jurus andalannya.
Seperti marah-marah, merengek, mengancam, sampai mengeluarkan taktik fisik.
Semua jurus itu mereka keluarkan, agar orangtua menyerah dan mengabulkan
keinginan mereka.
Menurut Ketua Suryani Institute For Mental
Health (SIMH) Prof Dr L.K Suryani: " kecenderungan sebagian besar para
orang tua saat ini, memberikan fasilitas dan kenikmatan hidup yang berlebihan
pada anak-anak. Sehingga mereka kurang memiliki daya juang yang tinggi, padahal
seiring dengan kemajuan teknologi dan arus globalisasi, anak-anak semakin
pandai, semakin kritis dan semakin banyak keinginannya, namun di sisi lan
mentalnya semakin melemah dan mudah putus asa lalu down."
Ajak mereka memahami kondisi ekonomi dan
keuangan keluarga, agar memahami bahwa kebutuhan keluarga itu banyak dan
kompleks. Jangan sering menggunakan kata mereka dalam satu kalimat. Sesekali
ajak ke tempat dimana orang harus bekerja keras untuk mendapatkan uang banyak.
Misalnya ke pasar, terminal, tempat yang banyak aktifitas kerjanya.
Melihat bagaimana abang-abang memanggul beras
berkarung-karung, yang beratnya bisa mencapai sekian ton. Kuli bangunan, para
penyemir sepatu, para tukang ojek, para supir angkot, pemulung dan para
pedagang, yang terkadang harus melawan kantuk dan dingin untuk menggelar
dagangannya sejak dini hari.
Dengan demikian, anak akan mulai menghargai
bagaimana sulitnya mencari uang. Seperti pepatah "Kaki jadi kepala, kepala
menjadi kaki." Tidak mudah begitu saja, butuh kerja keras. Semoga anak
mengerti setelah Emak memperlihatkan ini semua ke ananda tercinta. Semangat!
Dipublikasikan juga di EmakPintarAsia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar