Education Is The Kindling Of A Flame, Not The Filling Of A Vessel
Semenjak saya Sekolah Dasar
hingga menjelang menikah, kata-kata ANAK ADALAH KERTAS KOSONG sering terdengar
dimana-mana. Baik itu dalam ceramah agama dalam pemberitan TV dan lain sebagainya.
Entah mungkin merujuk kepada sebuah hadits Nabi Shallahu Alalihi Wassalam yaitu:
Rasulullah saw bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, dan Nashrani,
sebagaimana dilahirkannya binatang ternak dengan sempurna, apakah ada telinga
yang terputus?. (dari Abu Hurairoh).
Entah bagaimana permulaannya,
hadist ini ditafsirkan keliru bahwa anak-anak itu ibarat kertas kosong,
sehingga para orang tua atau orang dewasa lainnya bebas mengukir dan menuliskan
apa saja yang mereka kehendaki. Sehingga muncullah konsep kurikulum yang
menyeragamkan pendidikan karena anak-anak berada dalam kondisi pasif (alasannya
mereka hanya sebuah kertas kosong yang harus diisi!).
Dalam buku yang saya temukan
(hehe, soalnya pinjam dari perpus) ANAK SAYA BUKAN KERTAS KOSONG! Karya Bukik Setiawan, seperti menampar
saya, akan sesuatu yang baru, berani mendobrak paradigma dulu.
Tabula Rasa = Kertas Kosong
Seperti yang saya kutip dari
laman Rumah Inspirasi yang membahas tentang Tabula rasa ini. Sebuah teori yang
merujuk pada teori yang menyatakan bahwa anak-anak terlahir tanpa isi, dengan
kata lain kosong. Teori ini dipengaruhi oleh pemikiran John Locke, dari abad
17. Ini menjadi salah satu asumsi dasar dalam penyelenggaraan pendidikan di semua
sekolah. Dengan asumsi bahwa anak adalah sebuah kertas kosong, maka tugas utama
guru dan proses pendidikan adalah mengisi kertas kosong itu dengan
informasi-informasi (pelajaran) yang penting bagi anak-anak. Teori yang
memandang anak-anak sebagai sebuah kertas kosong adalah sangat reduktif. teori
tabula rasa ini bagiku menjelaskan fenomena anak-anak sekolah yang pasif dan
kegiatan utama guru yang fokusnya mengajar (mengisi kertas kosong).
Keterlibatan anak tak dianggap terlalu penting, apalagi pendapat dan inisiatif
anak. Kalaupun ada, semua itu hanya bersifat suplemen untuk kegiatan utama
tadi, yaitu mengisi pada anak-anak.
Bagian yang sangat saya suka dalam
buku ini adalah pembahasan tentang Pendidikan yang Menumbuhkan! Ini menjadi
titik kunci, mengapa banyak orang tua termasuk saya suka memaksakan dan menekan
kehendak pada anak-anak karena kita anggap mereka tidak hau apa-apa, mereka
hanya kertas kosong!
Buku dengan ini juga mengupas berbagai teori tentang gaya belajar anak, saya semakin memahami bahwa gaya belajar anak-anak saya Auditory dan Kinestetik. Perpaduan yang sangat unik. Dalam hal man ini perlu sekali pemahan para orang tua, bahwa anak seperti diatas akan bosan untuk duduk lama dan hanya diminta memperhatikan. Anak-anak ini justru harus diajak main di luar dengan permainan yang menumbuhkan semangat mereka untuk belajar.
Buku ini dengan gaya bahasa yang simple dan mudah dipahami, sehingga lebih enak dicerna bahkan sampai ingin berulang-ulang membacanya karena setiap pembahasan BAB adalah kunci, perbaikan diri untuk menjadi orang tua yang paham dan memahami bahwa ANAK BUKAN KERTAS KOSONG, mari mulai berusaha memantaskan diri untuk meyambut kecermerlangan anak-anak.
#Jurnal 4
Buku ini dengan gaya bahasa yang simple dan mudah dipahami, sehingga lebih enak dicerna bahkan sampai ingin berulang-ulang membacanya karena setiap pembahasan BAB adalah kunci, perbaikan diri untuk menjadi orang tua yang paham dan memahami bahwa ANAK BUKAN KERTAS KOSONG, mari mulai berusaha memantaskan diri untuk meyambut kecermerlangan anak-anak.
#Jurnal 4
#BunsayKordi
perbaikan diri untuk menjadi orang tua yang paham dan memahami bahwa ANAK BUKAN KERTAS KOSONG.
BalasHapusNoted ini mbak Feli...
Yees sepakat ya mba
HapusIiih setuju banget sama buku ini... Anak bukan kertas kosong 😍😍😍
BalasHapusKeren ya buku nya
HapusBukunya menarik
BalasHapusBaca juful bukunya aja sudah sepakat
BalasHapusyees!buat kita keluar dari paradigma lama
HapusPernah punya Buku ini.. tapi karena lama Tak dibaca, akhirnya Saya pinjamkan Dan relakan untuk diadopsi seorang kawan guru yang lebih membutuhkan. Saya juga setuju bahwa benar anak bukan kertas kosong.. sudah Ada fitrah2 kebaikan terinstal pada mereka.. tugas ortu untuk menjaga Dan menumbuhkembangkan fitrah2 tersebut :)
BalasHapusSemoga dpt penggantinya ya mba..
HapusSeorang anak bukanlah kertas kosong..iya betul sekali. Semoga kita menjadi orangtua yang menemani setiap proses tumbang untuk belajar sesuai fitrah, tanpa memaksa dan menekan.
BalasHapusYess.. anak adalah guru utk orngtuanya
HapusBelum pernah membaca bukunya. Tapi sudah terpesona sejak munculnya penyadaran bahwa anak adalah bukan sebuah kertas kosong. Terimakasih ulasannya
BalasHapusMenarik sekali. Selama ini banyak yang beranggapan bahwa anak adalah kertas kosong. Thanks untuk review-nya MB :-)
BalasHapusPendidikan yang menumbuhkan. Noted mba. Harus terus belajar jadi orang tua nih :)
BalasHapus