Ramadhan tahun ini akan sangat berbeda dari tahun-tahun
sebelumnya. Karena tahun ini kita berada di sebuah kota salah satu penghasil Migas terbesar di Indonesia. Karena
suami mendapat tugas kerja di sini untuk beberapa tahun, alhasil kita
sekeluarga diboyong kesini.
Saya sangat excited
saat suami mengabarkan dirinya akan dimutasi kerja keluar propinsi. Dan saya
sangat tertantang karena untuk pertama kalinya, selama hampir 20 tahun hidup
(akhirnya), bisa menghirup dan menginjakkan kaki di tanah orang.
Menjelang ramadhan pertama di tanah perantauan, jauh dari
keluarga dan saudara membuat saya berfikir keras tentang banyak hal, terutama
tentang bagaimana menyiapkan menu-menu makanan untuk sahur dan berbuka. Agar
suami serta anak-anak semakin bersemangat menjalankan ibadah puasanya. Dulu
saat masih dekat dengan keluarga, saya selalu santai saja. Masih ada ibu dan
ART yang memikirkan serta menyiapkan semua. Tugas saya hanya membantu
menghidangkannya di meja makan.
Saat ini sepertinya harus berpikir keras, jika ingin
menghadirkan seorang ART yang bisa fulltime
di rumah. Karena biaya hidup di sini sangat tinggi, seperti beberapa orang
menyebutkan kalau kota ini adalah kota termahal di Kalimantan Timur. Saya hanya
diam saja ketika mendengarnya, karena menurut saya itu relatif, mahal atau
tidak sebenarnya bagaimana cara kita bergaya hidup di sini.
Akhirnya saya sendirian yang harus terjun langsung ke dapur,
hal yang sebenarnya jarang dibiasakan dari jaman dulu. Ya, begitulah adanya ART
yang fulltime di rumah. Jadi untuk
segala hal apapun akan selalu mengandalkannya setiap saat. Beberapa hari ini saya sudah mulai membuat
daftar menu-menu apa saja yang akan dihidangkan, berserta bumbu-bumbu dapur
yang alami bukan bumbu-bumbu instan. Ibu ku tak pernah menyertakan penyedap
atau bumbu instan dalam setiap masakannya. Hasilnya memang sedap luarbiasa
mungkin juga karena sambil beliau menyertakan doa-doa dan cinta saat mengolah
masakanya.
Tekad saya yang ingin menjadi ibu rumah tangga dengan
seutuhnya hehe, plus menjadi koki keluarga akhirnya belajar memasak dan
meleburkan diri dengan aroma-aroma bumbu yang membangkitkan kerinduan pada ibu.
Saya mulai menyapa berbagai jenis bawang, menyapa berbagai jenis temu lawak dan
bermain dengan berbagai macam bahan mentah daging, ikan dan sayur. Agar
ramadhan ini suami dan anak-anak tetap sehat dan berenergi dengan makanan yang
bergizi tinggi.
Setelah berkenalan dengan bumbu dapur beres lalu saya
mengolah mereka agar jam memasak saya pada bulan ramadhan tidak terlalu menyita
waktu. Sayang banget kan kalau ramadhannya terlewat begitu saja. Akhirnya saya
mengunakan beberapa tips agar waktu memasak jadi lebih efisian
Sehingga waktu bisa lebih efisien untuk mengerjakan yang lain
seperti baca quran, menemani anak dan menulis. Ya, menulis memang menjadi hobi
saya sejak SMP namun saat itu tidak pernah diseriuskan. Hanya sekedar
mencurahkan isi hati saja, hanya menceritakan keinginan-keinginan sesaat dan
khalayan-khayalan tentang seseorang yang kini menjadi suami ciee...
Menulis menurut saya, membantu meringankan hati yang sedang
berat, mengembalikan semangat yang sudah kendur dan menjadi tempat pelarian
saya dari segala permasalahan. Namun ternyata manfaat menulis itu luarbiasa
sekali, saya kutip dari buku Menulis dengan Cinta karya Muthi Masfuah bahwa
menekuni dunia menulis itu memiliki banyak manfaatnya selain memfungsikan kedua
belah otak manusia, penggalian potensi dan akualisasi diri. Karena menulis kita
menjadi diri sendiri, mampu memiliki mimpi, cinta dan kepedulian.
Sayangnya saya saat itu berhenti menulis setelah menjadi stay at home mom, karena tak pandai
mengolah waktu jadi semuanya menguap tak berbekas. Semoga dengan mengikuti
Kelas Menulis Online ini, semangat saya untuk menulis bisa bangkit dan pandai
mencari waktu unruk mengayunkan pena lagi. Sehingga saat ramadhan nanti diisi
dengan menulis, menulis dan menulis kisah serta cerita di tanah perantauan ini.
(Feli Mulyani)
#KMOIndonesia
#KMOClub09
#RamadhanProduktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar