Saya hanyalah seorang perempuan
yang kerap kali, terjebak dalam lingkaran ketidakberdayaan, keputusasaan dan
tenggelam dalam kerendahan diri! Sehingga terkadang saya merasa tak berdaya dan
tak memiliki kebermanfaatan dalam menjalani hidup ini. Melihat dan mendengar
para perempuan lebih sukses semakin terpuruklah. Saya seperti sebuah titik
kecil dihamparan permadani hitam, sehingga tek terlihat dan tak terasa
keberadaannya.
Dalam beberapa kesempatan saya sering
bersingungan dengan berbagai komunitas
pembelajar untuk para perempuan, salah satunya IIP bahkan suatu hari sempat
berpapasan dengan Bunda Septi saat beliau mengisi acara di ITB namun karena
terlalu gelap hati sehingga belum bisa menangkap cahaya hidayah yang berpendar
itu.
Ternyata hidayah Allah itu mahal
dan berharga sekali. Akhirnya saya mulai bisa menangkap sinyal-sinyal itu saat
saya benar-benar Allah tempatkan disebuah daerah yang sangat jauh dari
kemudahan. Tidak seperti kota sebelumnya yang begitu memanjakan dengan berbagai
kemudahan fasilitas kendaraan, jaringan dan kemudahan lainnya. Namun sayang
segala kemudahan di kota itu tidak saya manfaatkan untuk perkembangan dan
potensi diri. Bahkan saya sempat terpikir bahwa “Jika sudah menikah, selesailah
tugas kita belajar dan menuntut ilmu fokus di rumah saja. Ngurus anak dan
suami!”
Astagfirullah, saya keliru besar,
inilah yang membuat saya semakin terpuruk! Mengurus anak dan suami justru harus
berlandaskan pada ilmu. Ilmu tentang parenting, ilmu tentang kerumahtanggan dan
ilmu tentang pengembangan diri sebagai pribadi, ibu dan istri bertebaran semua
namun saya tak pernah berusaha menangkap semua itu. Hingga akhirnya saya galau
dan resah berkepanjangan, anak-anak semakin besar namun tak juga ada perubahan
dalam diri saya sebagai seorang ibu.
Allah SWT telah mengatur semuanya
hingga, saya bisa berkomunikasi dengan Mbak Dinari Lutfiani. Saya
banyak bertanya apa dan bagaimana itu IIP, beliau dengan santun menuntun saya
menemukan jalan mengenal IIP. Gayung bersambut karena pendaftaran matrikulasi
bacth 3 baru saja dimulai, saya penuh pertimbangan meminta izin dan restu suami.
Sebenarnya saya khawatir beliau tidak mengizinkan, apalagi masuk komunitas ini
berbayar. Namun alhmdulillah setelah meyampaikan dan mengenalkan sekilas apa
itu IIP suami mengizinkan. Saat itu saya segera mendaftar dengan segala
kemudahan yang ada, masya Allah!
Setelah masuk dan mengikuti kelas
matrikulasi, saya berjumpa lagi dengan Mba Dinari Luftiani ternyata beliau
adalah fasilitator yang akan menemani
pembelajaran selama 3 bulan kedepan. Saya semakin suka dengan cara Mba
Dina menyampaikan materi, menjawab pertanyaan dan mengayomi kami selama
pembelajaran berlangsung. Hingga menemukan diri saya yang baru, yang optimis,
penuh energi dan berfikir positif.
Alhmdulillah suami pun merasakan perubahan yang sangat besar dalam diri saya.
Saya menjadi sosok yang pantang menyerah di kota rantau ini.
Maka itu saya bercita-cita ingin
menjadi seorang fasilitator! Bukan karena saya sudah membaik bukan, justru saya
ingin terus diingatkan atas materi-materi yang memantik saya berubah kearah
yang lebih baik. Saya pun ingin berbagi, saling menginpirasi dan saling
membantu teman-teman yang mungkin dalam kondisi yang sama seperti saya.
📌Pemahaman
akan fungsi Fasilitasi
Kehadiran seoarang fasilitator
sangatlah dibutuhkan dalam sebuah kelas atau perkumpulan bahkan dalam sebuah
organisasi besar. Seorang fasilitator yang baik adalah kita tidak boleh
menempatkan diri dan berperan sebagai guru, melainkan lebih ke arah mendorong
untuk terjadinya proses berpikir. Kenapa fasilitator dibutuhkan? Agar pertemuan atau perkumpulan berlangsung
secara sehat. Ritme kelas tersusun rapi, tujuan pertemuan jelas arahannya. Serta agar tidak terjebak pada pembicaraan
yang melompat-lompat atau perdebatan yang tidak selesai. Tugas fasilitator adalah memperjelas tujuan
pertemuan, merancang proses yang partisipatif, menyenangkan dan menarik,
mengelola proses percakapan selama pertemuan dan mendorong kelompok untuk
berani masuk dalam area kreatif.
📌Kesiapan
diri
Untuk point-point kesiapan diri
saya kutip dari situs www.sindopos.com lalu saya sesuaikan dengan kebutuhan.
1. Kemampuan Dasar - dasar fasilitasi.
Saya saat ini
mulai belajar tentang kemampuan dasar-dasar seorang fasilitator. Krena kelas
matrikulasi ini akan berisi teman-teman dari berbagai profesi, budaya,
pengalaman. MEREKA bukanlah gelas kosong yang harus diisi dengan pengetahuan
dan ilmu baru, mereka adalah orang - orang dewasa yang sudah memiliki
pengalaman dan pengetahuan awal. Sehingga dalam proses fasilitasi mereka juga
seharusnya menggunakan pola - pola pembelajaran orang dewasa. Yang lebih banyak
mengajak, merangkul bukan mengurui.
2. Teknik
Menggunakan Media Dalam Pendampingan dan Fasilitasi Partisipatif.
Saya memilih
kelas online karena keterbatasan aktifitas offline saya, maka dari itu berbagai
media yang menunjang kegiatan kelas harus saya perhatikan dan praktekan
kembali.
Media digunakan
bukan sekedar menyampaikan informasi, melainkan lebih memprioritaskan pada
membangun proses komunikasi dialogis. Media yang demikian seharusnya memungkinkan
peserta matrikulasi berpartisipasi aktif dalam menyampaikan pengalaman,
pikiran, dan pendapatnya.
3. Teknik
Bertanya dan Mendengarkan Dalam Fasilitasi dan Pendampingan Partisipatif.
Banyak Calon Pendamping atau Fasilitator
berpikir bahwa yang paling diperlukan fasilitator adalah keterampilan berbicara
di depan orang banyak. Memang benar, fasilitator sering berbicara di depan
banyak orang. Misalnya, dengan memberi pengantar atau mengajukan pertanyaan.
Namun, keterampilan terpenting yang perlu dimiliki sebenamya adalah
keterampilan mendengarkan. Seorang fasilitator yang baik, selain mampu
mendengarkan dengan cara yang tepat, juga mampu mengembangkan proses agar
peserta dapat saling mendengarkan. Tidak jarang, kita lebih suka bicara
daripada mendengarkan orang lain. Karena itu kita perlu latihan meningkatkan
kemampuan mendengarkan orang lain secara baik.
4. Teknik
Menangani Situasi Sulit Saat Memfasilitasi Masyarakat
Seorang
fasilitator dituntut untuk mengenali karakter peserta belajar, dan
mempersiapkan diri untuk mengembangkan sikap positif peserta terhadap proses
dan kegiatan belajar.
5. Teknik
Memfasilitasi Kesepakatan Kesimpulan
Seorang Pendamping
Fasilitator, perlu mengembangkan cara dan teknik-teknik intervensi dalam
kegiatan belajar. Cara intervensi ini disesuaikan dengan konsep belajar yang
dianut IIP lewat COC.
📌Pandangan
tentang kedudukan fasilitator di komunitas IIP
Respek dan
penghormatan saya terhadap seorang fasilitator sangatlah tinggi, karena
fasilitator yang menjadi jembatan materi dan berbagai informasi dari pusat.
Tentu perkuliahan atau suatu perkumpulan tak akan berjalan lancar tanpa ada
yang mempimpin dan menjadi pemandu jalannya sebuah acara.
📌Rencana
dan strategi dalam memfasilitasi kelas
a. MISI
Saya fasilitator
martikulasi bacth#5 memiliki misi “Kelas yang saya pandu nanti menjadi kelas
yang kreatif, produktif, semakin menemukan dan memepertajam peran hidup
masing-masing peserta”
b. TUJUAN (GOAL)
Semakin
meningkatkan kualitas diri, sebagai pribadi, seorang istri dan ibu.
c. SASARAN (OBJECTIVES)
Para peserta
matrikulasi
d. RENCANA KERJA
1.
Identifikasi atau Pemetaan para peserta
matrikulasi
2.
Menggali Informasi para peserta matrikulasi
3.
Membuat Kesepakatan dengan para peserta matrikulasi
4.
Pelaksanaan Kegiatan
5.
Monitoring dan Evaluasi
6.
Perbaikan
7.
Menjalin Kemitraan dengan para peserta meski
kelas sudah berakhir.
📌Kekhawatiran
menjadi Fasilitator
1. Jika kelas tidak berjlana dengan suasana aman
dan nyaman
2. Jika ada perdebatan antar peserta yang tak
kunjung reda
3. Tidak dapat membantu dan mempermudah peserta
untuk belajar
4. Jika bidak bisa mendengarkan dengan aktif dan
memberi kesempatan kepada peserta dalam mengemukakan aspirasinya secara bebas
5. Jika tidak bisa bersikap empatik dan peka
terhadap kekhawatiran atau ketidaknyamanan peserta.
📌Penilaian
akan proses adaptasi, serta keterlibatan diri dalam kelas TfFM
Saat memasuki WAG TfTFM saya sangat kaget dan pusing
sekali, karena arus chat yang terus bergulir hingga beribu-ribu chat. Saat
benar-benar sengang yang manjat dan mecatat hal-hal yang penting. Alhmdulillah
dengan arus yang luarbiasa saya beranikan diri menjadi notulen di materi ke 2
tentang CoC, juga sesekali meimpali narasumber yang bertanya dan mengikuti challenge
yang ada. Yap akan ada priotas dalam sebuah komitmen maka saya prioritaskan
dulu urusan anak-anak dan suami setelah itu baru memprioritaskan urusan pribadi.
Bismillah
Saya :
Feli Mulyani
Jabatan :
Ketua RB Menulis dan RB Homeschooling IIP Kaltimra
Asal Kota :
Bontang Kalimantan Timur
Mengajukan menjadi fasilitator, sebagai ajang
pembelajaran dan kebermanfaatan diri untuk sesama dan sebagai jalan untuk
menantang diri saya untuk lebih baik, lebih percaya diri dan bisa menampilkan prestasi
yang saya persembahkan untuk keluarga.
Allohuma Aamiin.
Bontang, Desember 2017
Barakallah teh feli.... Teh mau dong gabung di grup hser.. Saya baru mulai hs semester ini
BalasHapus