"To be the best communicator with yourself"
Mengerjakan
tantangan 10 hari kelas Bunda Sayang, mengingatkan saya pada jurusan kuliah
dulu, yaitu Komunikasi Penyiaran! Ceritanya
saya ingin menjadi seorang penyiar radio namun sayangnya, saya kurang
bersungguh-sungguh menjalaninya, kesempatan demi kesempatan yang bisa membuat
cita-cita itu lebih cemerlang saya abaikan begitu saja. Bahkan setelah melewati
beberapa semester, saya merasa salah jurusan hingga saya tidak menikmati setiap
episode-episode yang datang depan mata. Meski akhirnya saya lulus cum laude namun entahlah aku merasa ada
kekosongan dalam hati. Sayangnya aku tak bisa menerjemahkan isi hatiku itu, Astagfirullah!
Sekarang
baru menyesali kebodoahan saya itu, Allah SWT sudah menakdirkan saya bisa
kuliah dengan berbagai kemudahan, mempertemukan dengan teman-teman seangkatan
yang luarbiasa. Serta berbagai pelajaran
hidup yang menempa saat masa-masa kuliah dahulu. Menumbuhkan sisi kepahaman untuk
selalu percaya pada diri sendiri karena hidup akan selalu diwarnai dengan berbagai
ujian dan berbagai rintangan. Tetapi yang lebih mengharukan, dalam kondisi
sesulit apapun Allah SWT akan bimbing kita untuk selalu di jalanNya.
Dalam
kondisi yang masih labil, berat dan frustasi Allah SWT memberikan kekuatan untuk menuliskan semua rasa itu dalam
buku-buku harian. Dalam setiap kejadian baik itu bahagia dan sedih saya ungkapkan
semua dalam buku harian itu, sampai tidak sadar selama masa kuliah saya sudah
menulis penuh 15 buku harian yang sampai saat ini saya simpan rapi.
“Menulis
adalah menjawab kegelisahan, jadi apapun yang kita tulis harus penting buat
diri kita dulu, baru orang lain. Karena ada kesakitan yang sembuh ketika kita
menulis” (Anonim)
Mengikuti
games level 1 Komunikasi Produktif
saya seolah ingin menebus semua dosa-dosa atas segala kelalaian yang dulu saya
lakukan semasa kuliah dulu. Dan semakin bersemangat dengan memperjari dan
mempraktekan sedikit demi sedikit kaidah-kaidah yang memkomunikasi kita semakin
lancar dan mudah. Komunikasi bukan
materi kuliah semata namun juga salah satu hal yang tak mungkin kita lepaskan
selama kita hidup. Karena setiap saat
kita akan selalu berkomunikasi baik itu dengan diri sendiri, keluarga dan
masyarakat. Sedangkan Produktif adalah
kata sakti yang membuat pola komunikasi kita akan menghasilkan hal yang
positif.
Setelah
direview dan ditelusuri ternyata pola komunikasi saya dengan diri sendiri masuk
dalam kategori, Tahap Heteronomi sedangkan
pola komunikasi dengan pasangan masuk dalam kedua faktor yaitu Faktor Eksteropsikis (Ego sebagai
Orangtua) dan terkadang Faktor
Arkeopsikis (Ego sebagai anak-anak). Kedua faktor ini yang menjadi pola
komunikasi saya dan suami sehingga meminimalisir kami untuk bertengkar meski
berbeda pendapat. Pola ini juga yang saya coba terapkan kepada anak-anak. Ada
kalanya kita serius namun jangan lupa kita juga perlu bercanda.
Harapan
saya, semoga tercipta segera tercipta pola TRANSAKSI
KOMPLEMENTER diantara saya dan keluarga. Agar tak terulang lagi
permasalahan yang sama pada setiap generasi keluarga. Yap, bercermin dari
sejarah keluarga saya dan suami masing-masing yang memiliki peristiwa yang
kelam dan menyesakkan. Semua justru karena hal sepele pada awalnya, yaitu
kurang komunikasi dan kurang produktif dalam berkomunikasi.
#AliranRasa
#Level1
#KelasBundaSayang2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar