Jumat, 02 Maret 2018

Ternyata… Anak Bukan Kertas Kosong!


Education Is The Kindling Of A Flame, Not The Filling Of A Vessel

Semenjak saya Sekolah Dasar hingga menjelang menikah, kata-kata ANAK ADALAH KERTAS KOSONG sering terdengar dimana-mana. Baik itu dalam ceramah agama dalam pemberitan TV dan lain sebagainya. Entah mungkin merujuk kepada sebuah hadits Nabi Shallahu Alalihi Wassalam yaitu:

Rasulullah saw bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, dan Nashrani, sebagaimana dilahirkannya binatang ternak dengan sempurna, apakah ada telinga yang terputus?. (dari Abu Hurairoh).

Entah bagaimana permulaannya, hadist ini ditafsirkan keliru bahwa anak-anak itu ibarat kertas kosong, sehingga para orang tua atau orang dewasa lainnya bebas mengukir dan menuliskan apa saja yang mereka kehendaki. Sehingga muncullah konsep kurikulum yang menyeragamkan pendidikan karena anak-anak berada dalam kondisi pasif (alasannya mereka hanya sebuah kertas kosong yang harus diisi!).

Dalam buku yang saya temukan (hehe, soalnya pinjam dari perpus) ANAK SAYA BUKAN KERTAS KOSONG! Karya Bukik Setiawan, seperti menampar saya, akan sesuatu yang baru, berani mendobrak paradigma dulu. 
Tabula Rasa = Kertas Kosong

Seperti yang saya kutip dari laman Rumah Inspirasi yang membahas tentang Tabula rasa ini. Sebuah teori yang merujuk pada teori yang menyatakan bahwa anak-anak terlahir tanpa isi, dengan kata lain kosong. Teori ini dipengaruhi oleh pemikiran John Locke, dari abad 17. Ini menjadi salah satu asumsi dasar dalam penyelenggaraan pendidikan di semua sekolah. Dengan asumsi bahwa anak adalah sebuah kertas kosong, maka tugas utama guru dan proses pendidikan adalah mengisi kertas kosong itu dengan informasi-informasi (pelajaran) yang penting bagi anak-anak. Teori yang memandang anak-anak sebagai sebuah kertas kosong adalah sangat reduktif. teori tabula rasa ini bagiku menjelaskan fenomena anak-anak sekolah yang pasif dan kegiatan utama guru yang fokusnya mengajar (mengisi kertas kosong). Keterlibatan anak tak dianggap terlalu penting, apalagi pendapat dan inisiatif anak. Kalaupun ada, semua itu hanya bersifat suplemen untuk kegiatan utama tadi, yaitu mengisi pada anak-anak.


Bagian yang sangat saya suka dalam buku ini adalah pembahasan tentang Pendidikan yang Menumbuhkan! Ini menjadi titik kunci, mengapa banyak orang tua termasuk saya suka memaksakan dan menekan kehendak pada anak-anak karena kita anggap mereka tidak hau apa-apa, mereka hanya kertas kosong!
Buku dengan ini juga mengupas berbagai teori tentang gaya belajar anak, saya semakin memahami bahwa gaya belajar anak-anak saya Auditory dan Kinestetik. Perpaduan yang sangat unik. Dalam hal man ini perlu sekali pemahan para orang tua, bahwa anak seperti diatas akan bosan untuk duduk lama dan hanya diminta memperhatikan. Anak-anak ini justru harus diajak main di luar dengan permainan yang menumbuhkan semangat mereka untuk belajar.

Buku ini dengan gaya bahasa yang simple dan mudah dipahami, sehingga lebih enak dicerna bahkan sampai ingin berulang-ulang membacanya karena setiap pembahasan BAB adalah kunci, perbaikan diri untuk menjadi orang tua yang paham dan memahami bahwa ANAK BUKAN KERTAS KOSONG, mari mulai berusaha memantaskan diri untuk meyambut kecermerlangan anak-anak.

#Jurnal 4
#BunsayKordi

14 komentar:

  1. perbaikan diri untuk menjadi orang tua yang paham dan memahami bahwa ANAK BUKAN KERTAS KOSONG.
    Noted ini mbak Feli...

    BalasHapus
  2. Iiih setuju banget sama buku ini... Anak bukan kertas kosong 😍😍😍

    BalasHapus
  3. Baca juful bukunya aja sudah sepakat

    BalasHapus
  4. Pernah punya Buku ini.. tapi karena lama Tak dibaca, akhirnya Saya pinjamkan Dan relakan untuk diadopsi seorang kawan guru yang lebih membutuhkan. Saya juga setuju bahwa benar anak bukan kertas kosong.. sudah Ada fitrah2 kebaikan terinstal pada mereka.. tugas ortu untuk menjaga Dan menumbuhkembangkan fitrah2 tersebut :)

    BalasHapus
  5. Seorang anak bukanlah kertas kosong..iya betul sekali. Semoga kita menjadi orangtua yang menemani setiap proses tumbang untuk belajar sesuai fitrah, tanpa memaksa dan menekan.

    BalasHapus
  6. Belum pernah membaca bukunya. Tapi sudah terpesona sejak munculnya penyadaran bahwa anak adalah bukan sebuah kertas kosong. Terimakasih ulasannya

    BalasHapus
  7. Menarik sekali. Selama ini banyak yang beranggapan bahwa anak adalah kertas kosong. Thanks untuk review-nya MB :-)

    BalasHapus
  8. Pendidikan yang menumbuhkan. Noted mba. Harus terus belajar jadi orang tua nih :)

    BalasHapus