Sabtu, 08 April 2017

Semua Berawal dari Cinta






Menjadi orangtua memang tidak ada sekolahnya. Padahal tugas orangtua sangat berat yaitu: mendidik dan mencetak generasi yang berguna untuk bangsa dan agama. Tugas berat  yang diturunkan oleh Allah SWT untuk para orangtua ini, tentu sebanding dengan balasan yang akan didapat oleh para orangtua yang sukses mencetak anak-anaknya menjadi generasi yang shaleh dan terbaik. Untuk mendapatkan anak yang shaleh dan terbaik, tidak terwujud begitu saja. Terlebih lagi di zaman yang serba canggih ini. Dan mendidik mereka tidak hanya berdasarkan insting semata, yang semuanya dibiarkan mengalir begitu saja.


Yap, mendidik dengan konsep “biarkan mengalir begitu saja” juga yang saya terapkan dalam mendidik anak. Bekal saya, hanyalah contoh bagaimana orangtua mendidik saya dahulu. Ternyata tahun demi tahun yang terlewati, dalam mendidik kedua buahhati saya. Yang ada hanyalah rasa mumet, stress dan kelelahan yang tak kunjung usai. Padahal anak-anak saya, tergolong anak-anak yang penurut, enggak pernah tantrum dan tak meresahkan. Namun saya terkadang tak kuat dengan kerewelan mereka, saat berantem, berebut mainan. Saya lebih senang jika menitipkan mereka, meski akhirnya muncul rasa menyesal meninggalkan mereka. Begitulah saya dengan segala kegalauannya. Tutur kata saya sangat tidak santun, kadang berteriak dan kadang suka memaksakan kehendak.

Hingga suatu hari saya benar-benar hampir kehilangan mereka, saat itu mereka kompak kena dbd. Saya kira hanya demam biasa, karena beberapa bulan terakhir mereka memang sering sakit. Namun seminggu tak ada perubahan, bahkan yang kecil trombositnya sudah turun drastis. Saat itu bayangan masa-masa sehat mereka muncul, yang dengan sengaja saya lewatkan begitu saja. Dari situ saya sadar, saya belum sepenuhnya menjadi ibu terbaik untuk mereka. Rasa cinta saya pada mereka tidak ikut tumbuh seiring dengan pertumbuhan mereka. Tetapi saya bingung harus dimana dan bagaimana? Pertanyaan itu selalu muncul dibenak ini, saya ikuti berbagai seminar dan workshop parenting. Namun masih bingung untuk mengaplikasikannya.

Institut Ibu Profesional, ternyata jawaban Tuhan untuk saya. Yang selama ini berkubang dalam kegalauan saat menjalankan peran sebagai istri dan ibu. Namun jawaban tidak datang dengan mudah. Untuk mendapatkannya saya harus menjalani sepuluh pekan masa pengemblengan. Akhirnya saya semakin sadar akan mulianya tugas yang Tuhan berikan ini. Semangat pun bangkit!

Saya semakin bangga dan siap menjadi istri dan ibu yang profesional.



Feli Mulyani IIP Bontang



Tidak ada komentar:

Posting Komentar