Selasa, 06 Juni 2017

Refleksi Cinta Dengan Sepiring Gami Bawis



Poin: Kaidah 7-38-55
(Koumikasi dengan pasangan)

Saya belum pantas disebut Istri Idaman, hanya berusaha memberikan yang terbaik sesuai dengan kemampuan diri. Meski sudah 11 tahun berumahtangga, saya belum pandai bersih-bersih rumah, memasak dan mendidik anak. Ketiga hal itu masih menjadi terget diri untuk terus belajar dan memperbaiki diri.  Tapi seperti biasa suami saya tak pernah menuntut banyak, katanya saya masih sabar dan setia menjadi istri yang menemaninya berproses juga sudah cukup.
Meski begitu tetap saya ingin memberikan yang terbaik untuknya, seperti hari kemarin saat berbuka puasa di hari ke 9 lalu. Beliau berceloteh ingin makan gami bawis tapi buatan sendiri. Saat itu saya kaget dan bingung, karena seumur-umur belum pernah masak gami bawis. Ya, gami bawis adalah makanan khas kota Bontang ini, rasanya memang luar biasa saya juga baru sekali saja mencicipi, semenjak tinggal di Bontang ini.  Tapi demi si cinta saya rela ngubek berbagai resep di internet, lalu membeli perlengkapan dan bumbu memasaknya. Maklum selama di Bontang ini, saya masaknya asal aja, cukup ada teflon, spatula dan panci untuk masak air, itupun milik ibu kos hehe..
Tibalah harinya saya memasak, sambil ucapkan dzikir, shalawat dan doa-doa yang konon katanya makanannya akan menjadi lebih “berasa” karena dalam proses memasaknya dibumbui kalimat toyibah dan shalawatan. Saya cuci bersih semua bahannya termasuk ikan bawis yang khas dan terkenal itu. Harganya juga relatif lebih murah dibanding ikan-ikan lainnya di tanah Borneo ini. Dan saya pun mulai memasak, mudah ternyata tidak sampai lama gami bawis pun selesai dan siap dihidangkan.
Saat menata makanan untuk berbuka puasa dengan malu-malu saya tunjukan, gami bawis ala saya dan mata suami pun berbinar. Tak berselang lama adzan magrib pun berkumandang, setelah berbuka dan  berjamah magrib. Beliau langsung menghampiri gami bawis dan memulai menyatapnya, saya hanya memandangnya dengan malu  dan takut.
          Takut makanan enggak enak dan takut beliau itu tersedak karena makannya lahap sekali. Selesai dengan bawis pertama, beliau nambah dan tambah lagi, masya Allah baru kali ini saya melihat nafsu makannya kuat sekali. Mungkin karena seharian enggak makan gitu pikir saya, namun beliau membuyarkan lamunan saya dengan bilang “Enak..enak banget, bumbunya pas!” Ah, saya seperti hendak terbang! Jadi semakin semangat memasak dan mencoba resep-resep yang lainnya. 


#level1
#Day6
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayIIP


2 komentar:

  1. Yeaayyy selamat teh, berhasil bikin gammi bawis. Mumpung di bontang sering2 bikin gammi bawis teh.. ikannya khas yaa 😍😍

    BalasHapus
  2. Iyaaa.. makasih, cie..cie punya blog. Semangat menulis ya! :)

    BalasHapus